Halo Sobat Aksara! Pernahkah kamu membaca karya sastra yang terasa dramatis dan indah? Itu bisa jadi berkat penggunaan majas atau gaya bahasa. Jenis-jenis majas yang digunakan dalam penulisan tidak hanya memperindah, tetapi juga mampu menyentuh emosi pembaca.
Majas adalah penggunaan kata-kata dengan makna kiasan, perumpamaan, atau penggambaran tertentu untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung. Majas memberikan efek yang kuat, seperti rasa kagum, haru, atau bahkan sindiran yang elegan.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas jenis-jenis majas lengkap dengan pengertian dan contoh-contohnya. Yuk, simak selengkapnya!
Baca Juga: Kalimat Aktif dan Pasif: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Lengkap
1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan digunakan untuk membandingkan satu hal dengan hal lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan memperindah atau mempertegas makna dalam kalimat.
a. Metafora
Metafora adalah majas yang membandingkan dua hal tanpa kata penghubung, seperti “bagai” atau “laksana”, melainkan dengan cara langsung. Majas ini sering menggunakan kata-kata kiasan yang indah.
Contoh:
- Wanita itu adalah tulang punggung keluarga.
- Dia adalah bunga desa.
- Buku adalah jendela dunia.
b. Simile
Simile membandingkan dua hal dengan menggunakan kata-kata penghubung seperti “bagai”, “laksana”, atau “seperti”, untuk memperjelas deskripsi atau memperindah penggambaran.
Contoh:
- Senyumnya indah bagai rembulan di malam hari.
- Tatapan matanya meneduhkan seperti embun pagi.
- Dia mengamuk seperti macan yang kehilangan anaknya.
c. Personifikasi
Personifikasi memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati, membuat seolah-olah benda tersebut bisa bertindak, berpikir dan merasakan layanya manusia. Tujuan majas ini adalah untuk menjadikannya lebih hidup dan imajinatif.
Contoh:
- Bulan itu tersenyum memandangiku.
- Angin malam berbisik lembut di telingaku.
- Bunga-bunga itu menari dengan indah.
d. Hiperbola
Hiperbola digunakan untuk melebih-lebihkan suatu hal agar terasa lebih dramatis atau memperkuat makna.
Contoh:
- Aku sudah menunggunya selama seribu tahun.
- Matanya menyala seperti api.
- Suaranya sangat nyaring hingga telingaku hampir pecah.
e. Allegori
Allegori menyampaikan pesan melalui gambaran simbolis yang mewakili ide atau konsep tertentu.
Contoh:
- Hidup tanpa tujuan seperti kapal tanpa kompas, terus bergerak tanpa arah.
- Hati yang penuh kebencian ibarat ladang duri yang tak pernah tumbuh damai.
- Kesabaran adalah payung yang melindungi kita dari hujan badai.
f. Asosiasi
Majas asosiasi membandingkan suatu perasaan dengan objek atau hal yang memiliki hubungan erat, baik fisik, emosional, atau makna tertentu.
Contoh:
- Cahaya mentari mengingatkanku pada kebahagiaan sederhana.
- Hangatnya teh pagi mengingatkan pada kasih sayang ibu.
- Denting piano mengingatkan pada cinta pertama yang indah.
2. Majas Pertentangan
Majas pertentangan menunjukkan perbedaan atau kontradiksi antara dua hal, tujuannya untuk mempertegas pesan atau emosi yang ingin disampaikan. Gaya bahasa ini sering digunakan dalam sastra atau pidato untuk memberikan kesan yang lebih kuat.
a. Paradoks
Paradoks mengungkapkan pernyataan yang tampak bertentangan tetapi mengandung kebenaran mendalam.
Contoh:
- Semakin banyak yang kita pelajari, semakin kita merasa tidak tahu apa-apa.
- Semakin keras kita mengejar kebahagiaan, semakin sulit menemukannya.
- Diam sering kali cara terbaik untuk menyampaikan sesuatu.
b. Antitesis
Antitesis menggabungkan dua hal berlawanan untuk menonjolkan perbedaannya.
Contoh:
- Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
- Dia terlihat kuat di luar, rapuh di dalam.
- Hidup untuk bekerja, bukan bekerja untuk hidup.
c. Litotes
Litotes menyatakan sesuatu yang positif dengan kata-kata negatif untuk memberikan penekanan atau penegasan.
Contoh:
- Ini bukan masalah kecil (berarti masalah besar).
- Mereka tidak buruk dalam berorganisasi (berarti sangat hebat).
- Kamu tidak sepenuhnya tidak tahu apa-apa tentang topik ini.
(Berarti kamu sangat menguasai topik ini).
3. Majas Sindiran
Majas sindiran adalah gaya bahasa untuk menyampaikan kritik atau sindiran secara tidak langsung. Biasanya bertujuan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan atau keprihatinan.
a. Ironi
Ironi menyampaikan sindiran dengan mengatakan kebalikan dari apa yang dimaksudkan.
Contoh:
- Pekerjaan menumpuk, benar-benar waktu yang tepat untuk berlibur.
- Semua jalan ditutup, betapa nyaman perjalanan kita hari ini.
- Suasana kantor sangat tenang, sangat pas untuk tidur siang.
b. Sinisme
Sinisme disampaikan secara langsung dan terbuka, dengan pandangan pesimis atau kritis.
Contoh:
- Bagus, kamu pintar banget memimpin, semua keputusanmu bikin bingung.
- Terima kasih sudah membantu, meski solusimu malah bikin masalah baru.
- Penuh semangat ya, meskipun hasilnya nggak ada yang benar-benar bermanfaat.
c. Sarkasme
Sarkasme adalah sindiran tajam yang biasanya digunakan untuk mengejek atau mengkritik secara humoris.
Contoh:
- Hebat! Cuma telat lima menit, benar-benar dedikasi luar biasa.
- Kerja kerasmu nggak ada duanya, lihat aja hasilnya selalu “istimewa”.
- Kamu ini luar biasa, bisa bikin semuanya menjadi lebih buruk dalam waktu yang sangat singkat.
d. Satire
Satire digunakan untuk mengkritik kondisi sosial atau politik dengan cara lucu atau ironis.
Contoh:
- Di negara ini, kemacetan jalan adalah bukti suksesnya pembangunan!
- Pajak naik, inflasi melambung, tapi jangan khawatir, pemerintah sudah menyiapkan solusi: sabar dan berdoa.
- Wah, hebat banget, kerjaannya baru satu jam udah berantakan seperti ini!
4. Majas Penegasan
Majas penegasan digunakan untuk menekankan dan memperkuat pernyataan, sehingga pesan yang disampaikan lebih jelas dan tegas.
a. Repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang kata atau kalimat untuk memberi penekanan.
Contoh:
- Dia menunggu dan menunggu, tapi tidak ada yang datang.
- Cinta itu buta, cinta itu membutakan.
- Jangan menyerah, jangan berhenti, jangan pernah putus asa.
b. Paralelisme
Paralelisme menggunakan pengulangan struktur kalimat yang sejajar untuk memberikan penegasan. Pengulangan kata di awal kalimat disebut anafora, sementara di bagian akhir disebut epifora. Meskipun pengulangan katanya sama, tetapi definisi yang diberikan berbeda.
Contoh:
- Aku ingin belajar, aku ingin berkembang, aku ingin sukses.
- Dia berkata bahwa semuanya akan berubah, dia berjanji akan berubah.
- Dia selalu berusaha keras, dia selalu bersemangat, dia selalu memberi yang terbaik.
c. Retorika
Retorika berbentuk pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban karena jawabannya sudah jelas.
Contoh:
- Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?
- Bukankah kita semua berhak mendapatkan kesempatan yang sama?
- Siapa yang tidak ingin hidup tanpa penyesalan?
d. Klimaks
Klimaks menyusun ide dari hal yang lebih sederhana menuju puncak yang lebih penting.
Contoh:
- Dia mulai sebagai murid, lalu menjadi guru, dan akhirnya menjadi kepala sekolah.
- Di sekolah, dia hanya berperan sebagai murid, lalu menjadi ketua kelas, dan akhirnya menjadi ketua OSIS.
- Pada awalnya, saya hanya ingin mencoba hobi baru, lalu bergabung dengan komunitas, hingga akhirnya menjadi seorang instruktur.
e. Antiklimaks
Antiklimaks berlawanan dengan klimaks, yaitu menyusun ide mulai dari yang besar menuju hal yang lebih kecil atau kurang menarik.
Contoh:
- Semangat perjuangannya sangat menggebu, tak kenal lelah, namun hanya bisa beristirahat di rumah.
- Dia menjabat sebagai direktur, pengusaha sukses, dan akhirnya kembali ke desa untuk berkebun.
- Dia tampil sebagai pemimpin yang dihormati, penyelamat negara, namun pada akhirnya hanya bisa duduk di kursi tua.
Penutup
Majas adalah elemen penting dalam sastra yang ternyata tidak hanya memperindah tulisan, tetapi juga menyampaikan makna yang lebih dalam dan mengesankan. Dengan memahami jenis-jenis majas, kamu bisa lebih mengapresiasi suatu karya sastra atau juga menciptakan karya sastra yang indah. Semoga artikel ini bermanfaat!
Pingback: Kata Baku dan Tidak Baku: Pengertian dan Contoh Lengkapnya